4Al-Mustadrak, karya Al-Hakim, juz 3, hal. 129.Ia meriwayatkan dari Abu Dzar r.a. bahwa ia berkata: "Kami tidak mengenal orang-orang munafik kecuali melalui kedustaan mereka atas nama Allah dan Rasul-nya, keingkaran mereka terhadap shalawat, dan kebencian mereka terhadap Ali bin Abi Thalib r.a." Al-Hakim berkata: "Hadis ini shahih menurut persyaratan Bukhari dan Muslim, tetapi keduanya Surah005: al-Maidah; Surah 006: al-An'am; Surah 007: al-A'raf; Surah 008: Anfal; Surah 009: Tawbah; Surah 010: Yunus; Surah 011: Hud; Surah 012: Yusuf; Asbabun Nuzul ayat ini adalah tentang harta Fai; apabila Allah dan Rasul telah tetapkan, maka kena terima dan kena taat. Jangan mempersoalkan keputusan Nabi. AYATAYAT AL-QURAN YANG MEMPUNYAI ASBABUN NUZUL YANG SAHIH. 1. Al-Baqoroh, ayat: 79, 89, 97, 109, 115, 125, 142, 143, 144, 158, Al Mujadalah ayat 8, 14 38. Al-Hasyr ayat 5 dan 9 39. Mumtahanah ayat 10 40. Surat AS-Shaf 41. TAFSIR SURAH YUSUF. Iskandar. Tafsir Ayat-Ayat Al-Qur'an tentang Risalah. SuratAn Nisa ayat 59 berisi tentang perintah kepada manusia untuk taat kepada Allah, Rasul dan para pemimpin di antara manusia. Dream - Surat An Nisa ayat 59 berisi tentang ketaatan dan sumber hukum Islam. Surat An Nisa merupakan surat Madaniyah karena diturunkan setelah Rasulullah SAW hijrah ke Madinah. 3 Terinspirasi dengan proses pencarian kebenaran Al-Quran yang ternyata sangat ajaib menyangkut urutan ayat-ayat di Qur'an, jadi membuka-buka lagi rincian tiap-tiap surah dalam kitab suci. Secara normal bagi manusia, maka urutan surat dan ayat yang ada di Al Qur'an memang terkesan tidak teratur baik dari bahasan maupun terpisah-pisahnya sebuah AsbabunNuzul Qs Al-Hasyr [59]ayat 7. Ketika Rosululloh SAW bermukim di Madinah, beliau berkata kepada kaum Ansor bahwa kaum dari golongan muhajirin yang ada di Mekkah akan berhijrah ke Madinah maka beliau meminta kepada kaum dari golongan Ansor untuk memberikan sebagian hartanya dengan menyiapkan kamar-kamar dan makanan kepada kaum Muhajirin asbabunnuzul surah 58 al mujaadilah ayat 1 - 4 asbabun nuzul surah 16 - an nahl ayat 126 - 127 asbabun nuzul surah - al baqarah ayat 14, al hasyr ayat 11-12, al ahzab ayat 26-27, al munafiqun ayat 5-6 dan at taubah ayat 84 asbabun nuzul surah 43 - az zukhruf ayat 31, surah 74 al mudatstsir ayat 18-23 asbabulnuzul turunya ayat berkenaan tentang ahlibayt alaihisalam. Senin, 04 Agustus 2008. Surah Asy-Syu'arā` : 214 Ayat Indzār Syawāhidut Tanzīl,karya Al-Haskani Al-Hanafi, juz 1, hal. 372, hadis ke 514; hal. 420, hadis ke 580, cetakan pertama, Beirut. Diposting oleh ArtiPerkata Surah Al-Hasyr Ayat 22 - Al-Hasyr merupakan surat ke-59 yang diturunkan di Madinah (madaniyah) dengan jumlah ayat sebanyak 24 ayat, Surat ini diturunkan sesudah QS. Al-Bayyinah yang berkenaan dengan peristiwa Bani Nadlir. Tapi di kesempatan kali hanya Ayat 22-nya saja yang akan kita bahas dalam bentuk Teks arab, Latin, Terjemah dan Arti Perkata Serta beberapa tafsir terkemuka. Foto Grandyos Zafna/Surat Az Zalzalah Ayat 1-8, Arab, Latin, dan Artinya. Jakarta -. Surat Az Zalzalah terdiri dari 8 ayat. Kata Az Zalzalah yang diambil dari ayat pertama, berarti kegoncangan 4sNpL3p. Ngaji Rijalul Ansor GP. Ansor Ranting Ngabul, di Masjid Al-Ihsan, Krajan Kalitekuk, malam Jumat 22 Agustus 2019. Oleh M Abdullah Badri DALAM Bab Afdaliyatu Ashhabin Nabi Keutamaan Para Sahabat Nabi, KH. Sya'roni Ahmadi menyebut Surat Al-Hasyr ayat ke-8 dan ke-9 sebagai pijakan dalil keutamaan sahabat dalam karyanya, Farai'dus Saniyyah. لِلْفُقَرَاءِ الْمُهَاجِرِينَ الَّذِينَ أُخْرِجُوا مِنْ دِيَارِهِمْ وَأَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُونَ فَضْلًا مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانًا وَيَنْصُرُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ أُولَٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ Artinya "Juga bagi orang fakir yang berhijrah yang diusir dari kampung halaman dan dari harta benda mereka karena mencari karunia dari Allah dan keridhaan-Nya dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar". QS. Al-Hasyr 8. وَالَّذِينَ تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ ۚ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ Artinya "Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman Anshor sebelum kedatangan mereka Muhajirin, mereka Anshor 'mencintai' orang yang berhijrah kepada mereka Muhajirin. Dan mereka Anshor tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka Muhajirin; dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung". Al-Hasyr 9. Asbabun Nuzul Asbabun Nuzul Surat Al-Hasyr ayat ke-9 bermula dari seorang sahabat Muhajirin yang sowan kepada Rasulullah Saw. karena dia kelaparan. Sayang, saat itu tidak ada makanan apapun yang bisa disuguhkan oleh Rasulullah Saw. di rumahnya. "Siapa diantara kalian yang sanggup melayani tamu ini atas namaku?" Tanya Rasulullah Saw. kepada sahabat yang ada di dekat beliau. Oleh seorang sahabat Anshar, pertanyaan Rasulullah Saw. tersebut langsung diiyakan. Tamu Nabi Saw. itu pun diajak ke rumahnya segera. Sayangnya, di rumahnya itu, kata istri sahabat Anshar tersebut, juga tidak ada makanan apapun kecuali sepiring makanan untuk anak mereka. "Jika begitu, tidurkanlah dulu anak-anak kita. Setelah aku ajak mereka tamu duduk dan berbincang, siapkan saja makanan bagi tamu Rasulullah tersebut. Biarkanlah ada dua piring yang kosong untuk kita berdua. Jika mereka siap untuk makan, kamu berpura-puralah membetulkan lampu agar mereka tidak tahu bahwa kita tidak makan bersama," terang sahabat Anshar tersebut kepada istrinya. Tamu Rasulullah Saw. itu pun kenyang walau keluarga sahabat Anshar tersebut kelaparan. Atas nama mencintai tamu Rasulullah Saw. yang dia adalah sahabat Muhajirin, kalangan sahabat Anshar rela memberikan makanan jatah keluarga mereka meski sangat membutuhkan walau kana bihim khashasah. Atas kejadian di atas, turunlah ayat ke-9 surat Al-Hasyr tersebut. Para perawi tidak ada yang menyebutkan pasti siapa sahabat Anshar yang dimaksud dalam sebab turunnya ayat tersebut. Sebagian ada yang menyebut Tsabit bin Qais Al Anshari ra., Abu Thalhah, Sa'ad bin Abi Waqqash seorang muhajirin sebetulnya. Atas kejadian di atas, turunlah ayat ke-9 Surat Al-Hasyr tersebut. Para perawi tidak ada yang menyebutkan pasti siapa sahabat Anshar yang dimaksud dalam sebab turunnya ayat tersebut. Sebagian ada yang menyebut Tsabit bin Qais Al Anshari ra., Abu Thalhah, Sa'ad bin Abi Waqqash seorang muhajirin sebetulnya. Karena itulah, dalam dalil keutamaan sahabat, KH. Sya'roni Ahmadi menyertakan hadits larangan mencela para sahabat Rasulullah Saw. عن أبي سعيد الخذري رضي الله عنه قال قال النبي صلى الله عليه وسلم لا تسبوا أصحابي فلو أن أحدكم أنفق مثل احد ذهبا ما بلغ مد أحدكم ولا نصيفه رواه البخاري Artinya "Dari Abi Said Al-Khudzri, dia berkata, Rasulullah Saw. bersabda Janganlah kalian mencela para sahabatku. Karena andai kalian berinfak emas sebesar Gunung Uhud pun, tidaklah infak itu mencapai besarnya pahala infak salah seorang sahabatku sebanyak satu mud atau separuhnya saja". HR. Al-Bukhari Dalam riwayat lain, terdapat redaksi beda, yang berbunyi, لا تتخذوهم غرضا من بعدي فوالذي نفسي بيده لو أنفق أحدكم مثل احد ما بلغ مد أحدكم ولا نصيفه رواه البخاري Artinya "Janganlah kalian menjadikan target permusuhan/hinaan orang-orang setelahku para sahabat. Demi Dzat yang nyawaku di genggaman-Nya, andai kalian berinfak emas sebesar Gunung Uhud pun, tidaklah infak itu mencapai besarnya pahala infak salah seorang sahabatku sebanyak satu mud atau separuhnya saja". HR. Al-Bukhari. Nabi sangat mencintai sahabat Muhajirin maupun Anshar. Dan beliau bahkan mengancam, siapa saja yang mencela kaum Anshar, dia munafiq. Nabi Saw. bersanda, آيَةُ الْإِيمَانِ حُبُّ الْأَنْصَارِ وَآيَةُ النِّفَاقِ بُغْضُ الْأَنْصَارِ Artinya "Tanda keimanan adalah mencintai sahabat Anshar, dan tanda kemunafikan adalah membenci sahabat Anshar". HR. Muslim. Tentang kecintaan kepada sahabat Anshar ini, silakan baca esai penulis berjudul Kecintaan Nabi Kepada Para Sahabat Anshor. Larangan Membenci Sahabat Nabi Orang-orang yang membenci para sahabat antara lain adalah kaum Syiah Rafidhah yang menyebut semua sahabat Nabi Muhammad Saw., adalah murtad semua sepeninggal Rasul. Hanya ada tiga orang yang dituduh mereka tidak murtad, yakni Al-Miqdad bin al-Aswad, Abu Dzar al-Ghifari, dan Salman al-Farisi. Pendapat ini terdapat dalam Kitab Babon kelompok Syiah berjudul Asy-Syi’ah wa Ahlil Bait hlm. 45 yang ditulis oleh Ihsan Ilahi Zhahir. Demikian pula, mereka juga menuduh sahabat senior semacam Sayyidina Abu Bakr As-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Mu'awiyah sebagai berhala. "Kami juga berlepas diri dari empat wanita Aisyah, Hafshah, Hindun, dan Ummul Hakam. Kami juga berlepas diri pula dari semua pendukung dan pengikut mereka. Mereka semua sejelek-jelek makhluk Allah subhanahu wa ta’ala di muka bumi". Demikian tulis Muhammad Baqir Al-Majlisi dalam Haqqul Yaqin hlm. 519. Saking bencinya kepada sahabat, mereka sampai menulis wirid khusus melaknat para sahabat Nabi Muhammad Saw. Ini salah satunya, اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ آلِ مُحَمَّدٍ، وَالْعَنْ صَنَمَيْ قُرَيْشٍ وَجِبْتَيْهِمَا وَطَاغُوْتَيْهِمَا وَابْنَتَيْهِمَا Artinya "Ya Allah, semoga shalawat selalu tercurahkan kepada Muhammad dan keluarganya. Laknatlah kedua berhala Quraisy Abu Bakar dan Umar bin Khattab, setan dan thaghut keduanya, serta kedua putri mereka A'isyah dan Ummul Mukminim Hafshah". Kalimat shalawat laknat tersebut bisa Anda baca dalam Al-Khuthuth Al-'Aridhah hlm 18 karangan Muhibbuddin al-Khathib. Mereka tidak meyakini bahwa para sahabat Nabi Muhammad Saw. adalah ibarat bintang penunjuk jalan hidayah, sebagaimana disabdakan oleh beliau, dikutip KH. Sya'roni Ahmadi juga dalam Fara'idus Saniyyah, yang berbunyi أصحابي كالنجوم بأيهم اقتديتم إهتديتم حديث حسن رواه إبن ماجه Artinya "Para sahabatku itu seperti bintang-bintang. Kepada siapapun kalian mengikuti, kalian mendapatkan petunjuk". Hadits hasan HR. Ibnu Majah. [ Keterangan Esai di atas adalah bahan materi keterangan kedua yang dismpaikan penulis dalam rutinan Pengajian Rijalul Ansor GP. Ansor Ranting Desa Ngabul di Masjid Al-Ihsan Krajan-Kalitekuk, malam Jumat Kliwon, 22 Dzulqi'dah 1440/22 Agustus 2019. Imam Bukhari meriwayatkan dari Ibnu Abbas yang berkata, “Surah al-Anfaal turun berkenaan dengan Perang Badar sedangkan surah al-Hasyr turun berkenaan dengan Bani Nadhir.” 502 Ayat 1, yaitu firman Allah ta’ala, “Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.” al-Hasyr 1 Sebab Turunnya Ayat Imam al-Hakim meriwayatkan riwayat yang dinilainya shahih dari Aisyah yang berkata, “Peperangan dengan Bani Nadhir, yaitu sebuah kabilah Yahudi, terjadi pada pengujung bulan keenam setelah Perang Badar. Perkampungan dan perkebunan kurma milik mereka berada di pinggir kota Madinah. Rasulullah lantas mengepung permukiman mereka itu hingga mereka akhirnya bersedia keluar dari Madinah, tetapi dengan perjanjian bahwa mereka diperkenankan untuk membawa harta dan barang-barang mereka sejauh yang bisa diangkut oleh unta-unta mereka, kecuali barang-barang yang berupa persenjataan. Berkenaan dengan mereka itulah Allah menurunkan ayat, Apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi bertasbih kepada Allah; dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.'” Ayat 5, yaitu firman Allah ta’ala, “Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma milik orang-orang kafir atau yang kamu biarkan tumbuh berdiri di atas pokoknya , maka semua itu adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan kehinaan kepada orang-orang fasik.” al-Hasyr 5 Sebab Turunnya Ayat Imam Bukhari dan lainnya meriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa ketika itu Rasulullah membakar dan memotong beberapa batang kurma milik Bani Nadhir yang terdapat di lembah Buwairah. Allah lalu menurunkan ayat ini. 503 Abu Ya’la meriwayatkan dengan sanad yang lemah dari Jabir yang berkata, “Pada awalnya, Rasulullah mengizinkan para sahabat untuk memotong pohon-pohon kurma tersebut, tetapi beliau kemudian melarangnya dengan keras. Para sahabat lantas mendatangi Nabi saw. dan berkata, Wahai Rasulullah, apakah kami berdosa terhadap apa yang telah kami potong atau kami biarkan dari pohon-pohon tersebut?’ Allah lalu menurunkan ayat ini.” Ibnu Ishaq meriwayatkan dari Yazid bin Ruman yang berkata, “Tatkala Rasulullah berangkat menuju perkampungan Bani Nadhir, mereka lantas membuat benteng pertahanan. Rasulullah lalu menyuruh para sahabat untuk memotong dan membakar pohon-pohon kurma mereka. Mereka lantas berkata, Wahai Muhammad, bukankah engkau telah melarang orang lain untuk berbuat kerusakan serta mencela pelakunya?! Akan teapi, kenapa sekarang engkau justru memotong dan membakar pohon-pohon kurma kami?’ Tidak lama kemudian, turunlah ayat ini.” Ibnu Jarir meriwayatkan hal senada dari Qatadah dan Mujahid. Ayat 9, yaitu firman Allah ta’ala, “Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman Anshor sebelum kedatangan mereka Muhajirin, mereka Anshor mencintai’ orang yang berhijrah kepada mereka Muhajirin. Dan mereka Anshor tiada menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka Muhajirin. dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung.” al-Hasyr 9 Sebab Turunnya Ayat Ibnul Mundzir meriwayatkan dari Zaid ibnul-Asham bahwa suatu ketika orang-orang Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, berikanlah sebagian dari tanah yang kami miliki ini kepada saudara-saudara kami, kaum Muhajirin.” Rasulullah lalu menjawab, “Tidak. Akan tetapi, kalian cukup menjamin kebutuhan makan mereka serta memberikan setengah dari hasil panen kalian. Adapun tanahnya maka ia tetap menjadi hak milik kalian.” Orang-orang Anshar lalu menjawab, “Ya, kami menerimanya.” Allah lalu menurunkan ayat ini. Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah yang berkata, “Suatu hari, seseorang datang kepada Rasulullah seraya berkata, Wahai Rasulullah, sekarang ini saya sangat kelaparan.’ Rasulullah lalu menanyakan kepada istri-istrinya apakah memiliki persediaan makanan, namun tidak ada apa pun pada mereka. Rasulullah lantas berkata kepada sahabat-sahabatnya, Adakah di antara kalian yang mau menjamunya malam ini? Semoga Allah merahmati yang menjamu tersebut.’ Seorang laki-laki dari kalangan Anshar lalu berdiri dan berkata, Wahai Rasulullah, saya yang akan menjamunya.’ Laki-laki itu lantas pulang ke rumah dan berkata kepada istrinya, Saya telah berjanji akan menjamu seorang tamu Rasulullah. Oleh karena itu, keluarkanlah persediaan makananmu. Akan tetapi, sang istri menjawab, Demi Allah, saya tidak punya makanan apa pun kecuali sekadar yang akan diberikan kepada anak-anak kita.’ Laki-laki itu lantas berkata, Kalau begitu, jika nanti anak-anak kita telah terlihat ingin makan malam maka berusahalah untuk menidurkan mereka. Setelah itu, hidangkanlah makanan untuk mereka itu kepada sang tamu dan padamkan lampu, Adapun kita sendiri akan tidur dengan perut kosong pada malam ini!’ Sang istri lalu menuruti instruksi suaminya itu. Pada pagi harinya, laki-laki itu bertemu dengan Rasulullah. Beliau lantas berkata kepada para sahabat, Sesungguhnya Allah telah terkagum-kagum atau tersenyum dengan apa yang dilakukan oleh si Fulan dan si Fulanah’. Allah lantas menurunkan ayat, …dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…'” 504 Musaddad meriwayatkan dalam musnadnya, demikian pula Ibnul Mundzir dari Abu Mutawakkil an-Naji bahwa seseorang dari kaum muslimin meriwayatkan riwayat yang sama dengan riwayat di atas, tetapi dengan sedikit tambahan, yaitu bahwa laki-laki yang menjamu tamu Rasulullah itu bernama Tsabit bin Qais bin Syamas. Artinya, ayat ini turun berkenaan dengan dirinya. Imam al-Wahidi meriwayatkan dari Muharib bin Ditsar dari Ibnu Umar yang berkata, “Suatu ketika, salah seorang sahabat mendapat hadiah sebuah kepala kambing. Sahabat itu lantas berkata, Sesungguhnya saudara saya, si Fulan, dan keluarganya lebih membutuhkannya daripada saya.’ Ia pun kemudian mengirimkan kepala kambing itu kepada temannya tersebut. Hal seperti ini berlangsung berulang kali di mana setiap kali kepala kambing itu dihadiahkan kepada seseorang maka setiap kali itu pula yang bersangkutan menghadiahkannya kembali kepada temannya. Demikianlah, kepala kambing itu berputar-putar di tujuh rumah sampai akhirnya kembali lagi ke rumah orang yang pertama kali menghadiahkannya. Tentang sikap mereka ini, turunlah ayat,’ …dan mereka mengutamakan orang-orang Muhajirin, atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…'” Ayat 11, yaitu firman Allah ta’ala, “Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang munafik yang berkata kepada saudara-saudara mereka yang kafir di antara ahli kitab “Sesungguhnya jika kamu diusir niscaya kamipun akan keluar bersamamu; dan kami selama-lamanya tidak akan patuh kepada siapapun untuk menyusahkan kamu, dan jika kamu diperangi pasti kami akan membantu kamu.” Dan Allah menyaksikan bahwa Sesungguhnya mereka benar-benar pendusta.” al-Hasyr 11 Sebab Turunnya Ayat Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Suddi yang berkata, “Beberapa orang dari Bani Quraizhah masuk Islam. Akan tetapi, di antara mereka terdapat beberapa orang munafik yang kemudian berkata kepada orang-orang dari Bani Nadhir, Sekiranya kalian nanti diusir maka kami pun pasti akan keluar bersama kalian.’ Berkenaan dengan merekalah turun ayat ini.'” 503. Ibid., hadits nomor 4884. 504. Shahih Bukhari, kitab al-Manaaqibr, hadits nomor 3798. Sumber Diadaptasi dari Jalaluddin As-Suyuthi, Lubaabun Nuquul fii Asbaabin Nuzuul, atau Sebab Turunnya Ayat Al-Qur’an, terj. Tim Abdul Hayyie Gema Insani, hlm. 559 – 563. Post Views 2,040