AlQadr: 3-5) An-Nakha'i mengatakan, "Amalan di lailatul qadar lebih baik dari amalan di 1000 bulan." (Lihat Latha-if Al-Ma'arif, hlm. 341). Mujahid, Qatadah, dan ulama lainnya berpendapat bahwa yang dimaksud dengan lebih baik dari seribu bulan adalah shalat dan amalan pada lailatul qadar lebih baik dari shalat dan puasa di 1000 bulan
Saya berharap anak-anak kita agar dapat lebih mencintai masjid, mungkin bisa dengan program Maghrib Mengaji yang memanfaatkan antara waktu Maghrib dengan waktu Isya melalui kegiatan mengaji," katanya. Kepala Desa Jayamulya, Asep Gunawan menambahkan, masyarakatnya sangat antusias dengan hadirnya masjid pertama di dalam perumahan tersebut.
Ataubisa pula gunakan waktu antara adzan dan iqomah, atau waktu sebelum atau sesudah shalat lima waktu untuk menambah dan mengulangi hafalan. 2 rakaat sesudah Maghrib, 2 rakaat sesudah Isya dan dua rakaat sebelum Shubuh (Muttafaq 'alaih) dan dalam riwayat yang lain bagi keduanya "Mereka menghidupkan (1) diantara Maghrib dan Isya
Kamipun berkata pada Anas, "Berapa lama jarak antara waktu selesai makan sahur dan waktu pengerjaan shalat?" Beliau menjawab, "Sekitar seseorang membaca 50 ayat." (HR. Bukhari). Ibnu Hajar berkata, "Hadits di atas menunjukkan jarak antara akhir makan sahur dan mulai shalat." (Fathul Bari, 4: 138). Ibnu Abi Jamroh mengatakan
Inilahbeberapa cara membagi waktu malam. Maka hendaklah seorang hamba memilih untuk dirinya mana yang lebih mudah dia lakukan, jika sulit bangun pada tengah malam. Tetapi setidak-tidaknya dia jangan sampai lupa menghidupkan waktu antara shalat maghrib dan shalat isya' serta waktu sahur.
Dan dua raka'at setelah Jum'at. Adapun (shalat sunnah Rawatib) Maghrib dan 'Isya dilakukan di rumahnya" [8] Dalam riwayat Muslim berbunyi. "Adapun (shalat sunnah Rawâtib) Maghrib, Isya dan Jum'at, aku lakukan bersama Nabi shollallahu 'alaihi wa sallam di rumahnya" [9] JUMLAH RAKA'AT SUNNAH RAWÂTIB
Jadi jika kita ingin mengqadha shalat maghrib di waktu isya, setelah membaca niat mengqadha shalat maghrib di waktu isya, maka kita mengerjakan shalat maghrib seperti biasa dengan 3 rakaat. Kemudian dilanjutkan dengan shalat isya sesuai rakaat shalat isya pada umumnya. Syaikh 'Abdurrahman bin Nashir As-Sa'di rahimahullah dalam Manhajus
ghridan Isya' nan isteri. kaf b) Mandi antara solat Ma b . g. r. c) Tidak bersama (jima') de n sedikit tu ifta d) Maka wak 3. e) Sola. t fardhu berjemaah. f) Solat Rawatib . dan Nawafil. g) Baca Al‐Qur'an sebanyak‐banyaknya. h) Bersedekah. i) Membuat segala amal kebaikan yang termampu termasuk pergi ke majlis ilmu dan
Sembahyangsunat Awwabin ialah sembahyang sunat yang tidak disunatkan berjemaah. Ianya sunat dikerjakan selepas sembahyang fardhu Maghrib dan berakhir dengan masuknya waktu 'Isya' dan afdhal sembahyang ini dikerjakan segera setelah selesai sahaja dari mengerjakan zikir-zikir sembahyang fardhu Maghrib berserta Ba'diyyahnya.Tidak dinamakan sembahyang sunat Awwabin jika ia dikerjakan
SuratPendek Juz Amma Ini Setelah Sholat Maghrib & Subuh, Dibangun Benteng antara Dia dan Iblis Bacaan Surat Pendek Juz Amma Ini Setelah Sholat Maghrib & Subuh, Dibangun Benteng antara Dia dan Iblis Minggu, 16 Januari 2022 08:27
TLMz. Soal Bolehkah menghidupkan waktu antara maghrib dan isya dengan shalat sunnah mutlak? Jawab Waktu diantara maghrib dan Isya’ bukanlah waktu yang terlarang untuk seorang memperbanyak shalat mutlak, maka boleh baginya menghidupkan waktu antara magrib dan isya tersebut dengan memperbanyak shalat, terlebih hal ini pernah dilakukan Rasulullah shallalahu’alaihi wasallam dan juga Shahabat Rasulullah saw. Shahabat Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu anhuma meriwayatkan. عَنْ حُذَيْفَةَ قَالَ قَالَتْ لِي أُمِّي مَتَى عَهْدُكَ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَقُلْتُ مَا لِي بِهِ عَهْدٌ مُنْذُ كَذَا وَكَذَا قَالَ فَهَمَّتْ بِي قُلْتُ يَا أُمَّهْ دَعِينِي حَتَّى أَذْهَبَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَا أَدَعُهُ حَتَّى يَسْتَغْفِرَ لِي وَيَسْتَغْفِرَ لَكِ قَالَ فَجِئْتُهُ فَصَلَّيْتُ مَعَهُ الْمَغْرِبَ فَلَمَّا قَضَى الصَّلَاةَ قَامَ يُصَلِّي فَلَمْ يَزَلْ يُصَلِّي حَتَّى صَلَّى الْعِشَاءَ ثُمَّ خَرَجَُُُُ “Dari Hidzaifah Radhiyallahu anhu …. Maka aku mendatangi beliau [yakni Nabi sallallahu alaihi wasallam]. aku shalat maghrib bersama beliau. Seusai shalat maghrib beliau berdiri shalat sunnah dan terus menerus beliau shalat sunnah hingga beliau shalat isya kemudian beliau keluar.” Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal 38/430 no. 23436 cetakan Muassasah Ar-risalah. Guru kami, Syaikh Abdul Muhsin Al-Abbad menyatakan bahwa sanad hadits ini shahih. Diriwayatkan juga oleh Imam At-Tirmidzi dalam As-Sunan no. 3781 dan beliau menghasankannya, diriwayatkan juga oleh al imam abu dawud dalam sunannya no. 1321 dengan sanad shahih dari anas radhiallahu anhu, tentang ayat As sajdah ayat 16 تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ lambung mereka jauh dari tempat tidurnya sedang mereka berdoa kepada rabbnya dengan rasa takut dan harap dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang kami berikan kepada mereka As-Sajdah 16 Anas bin Malik berkata tentang ayat ini “Mereka bangun untuk shalat sunnah antara maghrib dan isya.” Majmu’ Rasail Syaikh Abdul Muhsin 5/216
Sebagian umat Islam menganggap biasa waktu antara shalat Maghrib dan Isya’ sehingga hanya dimanfaatkan untuk bersantai bersama keluarga atau sibuk dengan urusan dunia. Padahal merupakan salah satu waktu yang memiliki keutamaan, waktu dikabulkannya doa dan memiliki banyak manfaat. Sudah selayaknya menghidupkan waktu tersebut dengan amal-amal baik. Sayyid Abu Bakar bin Sayyid Muhammad Syatha al Maliki al Dimyathi dalam Kifayatu al Atqiya’ wa Minhaj al Ashfiya’ menjelaskan, waktu antara shalat Maghrib dan Isya’ termasuk waktu yang mulia dan utama. Sangat dianjurkan untuk mengisinya dengan amal baik, dan meninggalkan aktivitas yang dapat menyebabkan lupa kepada Allah. Dalam Nashaih al Diniyah, Habib Abdullah al Haddad menjelaskan, di antara waktu yang sangat istimewa adalah antara Maghrib dan Isya’. Oleh karena itu, disunnahkan untuk melakukan shalat sunnah, membaca al Qur’an dan dzikir kepada Allah. Imam al Ghazali, dalam karyanya Ihya’ Ulumuddin menukil dari Sa’id bin Jubair dari Tsauban menulis sebuah hadis tentang keutamaan waktu antara Maghrib dan Isya’. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang berdiam diri antara Maghrib dan Isya’ di dalam masjid secara berjamaah, tidak berbicara selain shalat atau membaca al Qur’an, maka Allah akan membangun dua panggung untuknya di surga. Setiap satu panggung jaraknya perjalanan seratus tahun, dan Allah juga memberikan sebuah kebun yang terletak diantara keduanya yang lebarnya cukup dihuni oleh seluruh penduduk dunia. Dalam kitab Mughni al Muhtaj karya Imam Khatib Syarbini dijelaskan, shalat sunnah yang dianjurkan untuk dikerjakan pada waktu antara Maghrib dan Isya’ adalah shalat sunnah Awwabin. Dinamakan Awwabin karena orang yang melakukan shalat ini kembali kepada Allah disaat kebanyakan orang melupakannya sebab kesibukan duniawi. Menurut Sayyid Abu Bakar Usman bin Muhammad Syatha al Dimyathi al Syafi’i dalam kitabnya I’anah al Thalibin, antara Maghrib dan Isya’ merupakan waktu istajabah dikabulkannya doa. Oleh karenanya, sangat dianjurkan untuk memperbanyak doa di waktu tersebut. Disamping itu, dianjurkan pula untuk melakukan amalan-amalan yang dapat meningkatkan takwa kepada Allah, seperti membaca al Qur’an, berdzikir dan melakukan shalat Awwabin. Adapun shalat sunnah Awwabin jumlahnya enam rakaat dengan tiga kali salam. Setiap dua rakaat diakhiri dengan salam sebagaima lazimnya shalat sunnah. Pendapat lain mengatakan jumlahnya dua puluh rakaat dengan sepuluh kali salam. Keutamaan shalat awwabin ini dijelaskan dalam salah satu hadis Nabi Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, “Barang siapa shalat enam rakaat setelah Maghrib dan selama itu ia tidak berbicara keburukan, maka hal itu sama dengan ibadah dua puluh tahun”. Abu Isa berkata, “Sungguh telah diriwayatkan dari Aisyah, dari Nabi, beliau bersabda, “Siapa yang shalat dua puluh rakaat setelah Maghrib, maka Allah akan membangun rumah untuknya di surga”. HR. Turmudzi.
Waktu Tidur Setelah Shalat IsyaBerbincang-Bincang Setelah IsyaCatatan PentingWaktu Tidur Setelah Shalat IsyaWaktu tidur ideal bagi seorang muslim adalah langsung tidur sebisa mungkin setelah shalat Isya, akan tetapi apabila ada kegiatan yang lebih mashlahat dan untuk kebaikan, ia boleh melakukan aktivitas yang bermanfaat setelah shalat isya seperti belajar, menerima tamu, berbincang-bincang dengan keluarganya, tentu hendaknya tidak begadang sampai Juga Adab-Adab Ketika Bangun TidurDalil tidur setelah isya berdasarkan hadits makruhnya berbincang-bincang setelah shalat Isya, Dari Abu Barzah radhiallahu anhuأنَّ رسولَ الله – صلى الله عليه وسلم – كان يكرهُ النَّومَ قَبْلَ العِشَاءِ والحَديثَ بَعْدَهَا “Bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam tidak menyukai tidur sebelum shalat Isya’ dan berbincang-bincang setelahnya.” [HR. Bukhatri & Muslim]Syaikh Abdulah Al-Faqih menjelaskan,فقد كان النبي صلى الله عليه وسلم ينام أول الليل بعد العشاء، إذ كان يكره النوم قبل العشاء والحديث بعدها“Adalah kebiasaan Nabis shallallahu alaihi wa sallam tidur di awal malam setelah salat Isya, karena dimakruhkan tidur sebelum shalat Isya dan berbincang-bincang setelahnya.” [Fatawa As-Syabakiyyah no. 251950]Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa tidur di awal malam bermanfaat bagi kesehatan, beliau berkataوأنفع النوم ما كان عند شدة الحاجة إليه ، ونوم أول الليل أحمد وأنفع من آخره“Tidur yang paling bermanfaat adalah tidur ketika sangat mengantuk, tidur di awal malam paling baik dan paling bermanfaat dari lainnya.” [Madarijus Salikin 1/459-460]Baca Juga Apakah Penduduk Surga Mengalami Tidur?Berbincang-Bincang Setelah IsyaAn-Nawawi menjelaskan bahwa hukum asal berbincang-bincang setelah isya adalah makruh, akan tetapi apabila ada mashlahat dengan berbincang-bincang maka tidak diperbolehkan. Beliau berkataقال العلماء والمكروه من الحديث بعد العشاء هو ما كان في الأمور التي لا مصلحة فيها ، أما ما فيه مصلحة وخير فلا كراهة فيه ، وذلك كمدارسة العلم وحكايات الصالحين ومحادثة الضيف والعروس للتأنيس ومحادثة الرجل أهله وأولاده للملاطفة والحاجة ومحادثة المسافرين“Para ulama berkata makruh hukumnya berbincang-bincang setelah Isya, apabila pada perkara yang tidak ada mashlahatnya. Adapun apabila ada mashlahatnya maka baik dan bukan makruh. Misalnya seperti mempelajari ilmu, menceritakan kisah orang shlaih, berbincang-bincang dengan tamu, acara pernikahan, berbincang-bincang dan beramah-tamah dengan istri dan anak-anaknya dan perbincangan antar musafir.” [Syarah Muslim, 5/149]Baca Juga Sudah Bangun Shubuh, Masih Lanjut TidurCatatan PentingHendaknya berbincang-bincang setelah Isya tidak sampai begadang, karena Allah menjadikan malam sebagai waktu istirahat berfirman, وَجَعَلْنَا اللَّيْلَ لِبَاساً“dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. [An Naba’ 10]Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan,فإن النبي صلى الله عليه وسلم كان يكره النوم قبل صلاة العشاء والحديث بعدها وإذا أطال الإنسان السهر فإنه لا يعطي بدنه حظه من النوم، ولا يقوم لصلاة الصبح، إلا وهو كسلان تعبان، ثم ينام في أول نهاره عن مصالحة الدينية والدنيوية، والنوم الطويل في أول النهار يؤدي إلى فوات مصالح كثيرة“Nabi shallallahu alaihi wa sallam membenci tidur sebelum isya dan berbincang-bincang tidak bermanfaat setelahnya. Jika seseorang begadang semalaman dan tidak memberikan hak tidur kepada badannya, bahkan tidak shalat subuh kecuali bangn dengan tubuh yang lelah dan malas, kemudian tidur di awal hari, maka ia telah kehilangan mashlahat yang banyak.”[ Liqaa’ Asy syahri 1/333] Pola kehidupan kita di zaman ini menyebabkan tidak memungkinkan melakukan sunnah ini terus-menerus, yaitu langsung tidur setelah isya, akan tetapi hendaknya seorang muslim pernah sesekali melakukan sunnah tidur setelah isya agar lebih mudah bangun shalat malamBaca JugaDemikian semoga bermanfaat Lombok, Pulau Seribu MasjidPenyusun Raehanul BahraenArtikel